Mingguini kita memperingati "Hari Ayah". Seorang ayah memiliki peran yang begitu penting dalam membangun sebuah keluarga, gereja dan juga bangsa. Pemazmur berkata "anak-anak-Mu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!" (Maz 128:3). Mutu suatu tunas sangat tergantung pada mutu induk pohonnya. OrangKristen yang kehilangan orang tuanya yang percaya memperoleh kelegaan dalam janji bahwa kelak kita akan bertemu kembali di surga. Orang tua kami sedang bersama Kristus, menikmati sukacita-Nya (2 Korintus 5:8). Pada waktu kebangkitan orang mati, semua orang yang menerima Kristus akan dimuliakan dan diberi tubuh yang kekal (1 Korintus 15:42 RenunganKhotbah Kristen Pemakaman Roma 14:8-9. DEAR PELANGI. Blog yang berbagi Spirit, Informasi dan Inspirasi melalui Firman Tuhan dan Suka Duka Kehidupan Seorang pendeta berkunjung ke sebuah biara di Gurun. Saat jam makan siang sang Pendeta bersama anggota biara yang mengantarnya menuju ke ruang makan. Tuhan Yesus telah mati, Dia Iatelah menuntaskan tanggung jawabnya sebagai ayah dan guru. Namanya akan selalu hidup dalam sanubari. Baktinya akan terukir dihati. Ia yang telah menjadi pelita dalam kegelapan pendidikan. Embun penyejuk di hati setiap anak didik yang selalu haus benih ilmu dan iman. Ia bukan saja suami, ayah bagi anak-anak, guru bagi anak didik, tapi juga Kematianmengakhiri hidup, bukan hubungan. Robert Benchley. Meskipun sudah dipisahkan oleh kematian, hubungan ayah dan anak yang kamu miliki dengan papamu tidak akan pernah putus. Caption singkat berisikan pesan bijak dari Robert Benchley di atas bisa kamu bagikan sebagai status inspiratif di media sosial.. 4. Lebih Harum. Setiap kali aku menaruh bunga di atas makammu, aku menyadari betapa analisis unsur intrinsik novel ronggeng dukuh paruk. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID D21KUtqIGgmMGKaoJd0et_rwjdINQ8P3mYjT64dSt2KKMKSaEkgKTw== Sewaktu ada yang meninggal, banyak orang akan berdatangan ke rumah istri atau suaminya untuk menghibur dan membantu. Orang yang ditinggalkan itu tentu menghargai perhatian dari para kerabat dan sahabat. Tapi, rasa dukanya mungkin tidak bisa segera hilang, dan dia membutuhkan penghiburan serta dukungan untuk waktu yang lebih lama. Alkitab mengatakan, ”Teman sejati penuh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara yang dilahirkan untuk waktu kesesakan.”—Ams. 1717. Kalau bertemu dengan orang yang masih berduka, bagaimana hendaknya kita menyapa mereka? Alkitab memberikan petunjuk, ”Hendaklah kamu semua sepikiran, memperlihatkan sikap seperasaan, memiliki kasih sayang persaudaraan, memiliki keibaan hati yang lembut.” 1 Ptr. 38 Hingga beberapa waktu, perasaan orang yang berduka itu masih tidak keruan. Jadi, meskipun tulus, mungkin kurang bijaksana kalau kita mengatakan, ”Bagaimana kamu sekarang, apa baik-baik saja?” Dia mungkin berpikir, ”Kamu tidak mengerti perasaanku, mana mungkin aku baik-baik saja?” Akan lebih baik jika kita dengan hangat menanyakan kabarnya, lalu kita bisa mengatakan sesuatu yang membesarkan hati seperti, ”Senang sekali ketemu kamu.” Saudara bisa mengajak dia makan bersama atau jalan-jalan. Marcos, seorang duda, merasa terhibur oleh teman-teman yang datang berkunjung. Apa yang mereka bicarakan? Katanya, ”Bukan tentang masalah saya tapi tentang apa saja yang menyenangkan.” Seorang janda bernama Nina mengatakan, ”Sahabat-sahabat saya sering mengatakan sesuatu yang tepat pada waktu yang tepat. Tapi, kadang mereka juga tidak ngomong apa-apa, mereka hanya menemani saya.” Kalau dia ingin bercerita, dengarkan baik-baik dengan sabar. Jangan terlalu banyak tanya, dan jangan menghakimi. Kita tidak perlu memberikan nasihat tentang caranya seseorang harus mengungkapkan rasa dukanya atau berapa lama dia harus berduka. Jangan sakit hati kalau dia sedang ingin sendiri. Saudara bisa kembali lain waktu. Teruslah tunjukkan kasih.—Yoh. 1334, 35. Kamis, 01 Oktober 2020 Edit Hidup manusia bagaikan sebuah perjalanan yang panjang. Kita berhasil melewati perjalanan panjang itu karena Tuhan menolong kita. Kematian adalah juga bagian tak terpisahkan dari sebuah perjalanan hidup orang beriman. Kita berjalan, langkah demi langkah dan menata hidup ini, tetapi pada akhirnya kita harus berhenti. Itulah kenyataan hidup entah cepat atau lambat, setiap orang yang lahir akan mati, dan masing – masing orang akan tiba pada hari perhentian. Hari ini kita akan memakamkan orang terkasih kita ....... dan bacaan Alkitab yang di sampaikan bagi kita terdapat dalam Ibrani 49-13. Bagian ini berbicara tentang hari perhentian yang dijanjikan Allah bagi umatNya. Kata perhentian katapausis yang dipakai di sini mempunyai 3 arti. Pertama, perhentian itu berarti damai dengan Allah. Setiap orang beriman merindukan kehidupan yang penuh dengan damai. Hidup menjadi berarti, bila dalam hidup ini terpenuhi damai Allah. Kedua, kata perhentian berarti tanah yang dijanjikan. Bagi umat Israel yang pernah mengembara dan melintasi padang gurun maka tanah yang dijanjikanNya itu sungguh merupakan perhentian dari Allah yang di idam-idamkan. Ketiga, perhentian Allah, menunjuk pada hari perhentian ketika semua pekerjaan Allah telah di rampungkan seperti dalam kisah penciptaan. Janji tentang perhentian Allah bagi umatNya masih berlaku. Allah menyediakan hari perhentian bagi orang beriman. Perhentian Allah berlangsung terus dan kekal. Hidup kita manusia ada batasnya. Hidup ada akhirnya. Tak ada yang abadi dalam hidup. Tapi di dalam Allah ada perhentian kekal yang disediakan. JanjiNya tentang hari perhentian ini terus menerus ditawarkan kepada kita semua. Dialah yang memberikan kepada kita ”hari ini”, dibawah tenda perkabungan ini untuk mendengar suaraNya. Berkat perhentian itu masih tersedia bagi setiap orang yang hidup dan percaya akan janjinya. Allah tak pernah ingkar janji. Almarhumah kekasih kita telah melakukan pengabdian dan topangan dalam pekerjaan Tuhan. Ia menjadi kembang dalam taman pekabaran Injil. Ia telah turut mewarnai susah senang bekerja di ladang Tuhan ketika menopang panggilan pelayanan suami yang adalah Guru Injil. Ia memasuki perhentian Allah, karena ia telah menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dalam ketaatan kepada Allah. Karena itu pesan Firman Tuhan dan teladan almarhumah bagi keluarga yang ditinggalkan adalah bergiatlah selalu di dalam Tuhan selama kesempatan itu tersedia untuk memasuki perhentian Allah yang kekal. Ingatlah bahwa kehidupan yang tak bisa kita genggam, tapi hanya bisa dijalani. Tidak selamanya matahari bersinar di siang hari sebab adakalanya kabut menutupinya. Selebat-lebatnya hujan ia akan berhenti juga dan di baliknya ada mentari bersinar. Ada pelangi kasih Tuhan sesudah hujan badai. Tuhan menghibur dan menolong keluarga yang berduka dan kita sekalian. Amin.

khotbah kematian seorang ayah